jurnalmega.com – Beberapa hari lalu saya dan sahabat ngobrol santai melalui pesan chat. Kami membahas tentang satu tema yang bisa dibilang sedang hype yaitu tentang menjadi seorang people pleaser.
Bahasan kami lebih ke efek negatif jadi seseorang people pleaser. Meski menyenangkan orang lain adalah bentuk sedekah, tapi nggak harus mengorbankan diri sendiri kan…?
Dari obrolan itu saya jadi dapat insight untuk menjabarkan tentang seperti apa sih People Pleaser itu, ciri-cirinya, hal-hal yang menyebabkan, sampai cara berhenti jadi orang yang terus mengorbankan diri. Sekalian untuk bahan ngecek diri sendiri, jangan-jangan ada ciri-ciri itu di dalam diri, hiks…
Baca juga artikel ‘Berdamai Dengan Emosi’
Apa itu People Pleaser?
Menurut Social Psychology, Merriam Webster dan Susan Newman, people pleaser merupakan sebutan bagi seseorang yang selalu berusaha melakukan atau mengatakan hal yang menyenangkan orang lain.
Meski itu bertentangan dengan apa yang dipikirkan atau rasakan, tapi rela dilakukan agar orang lain tidak kecewa padanya.
Jumlah likes di medsos kerap menggiring seseorang jadi people pleaser (meski nggak selalu sih ya). Kita terdorong untuk memosting sesuatu yang disukai orang lain. Hmmmm sungguh tak nyaman ya karena kita melakukan sesuatu hanya karena dorongan pihak luar.
Gimana sih Seorang People Pleaser
Ciri-ciri People Pleaser
- Sulit mengatakan tidak
- Nggak enakan
- Takut mengecewakan, takut ditinggalkan, dan selalu ingin menyenangkan orang lain jadi beberapa ciri-cirinya. Pada akhirnya mereka dengan tipe seperti ini sering kali dimanfaatkan orang-orang narsis.
- Menaruh kepentingan orang lain diantara kepentingannya. Dia membentuk dirinya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh orang lain.
- Punya kebutuhan tinggi untuk diterima orang lain. Maka dari itu dia cenderung setuju dengan apa yang orang lain katakan.
- Menyensor diri untuk menghindari konflik.
- Terlihat tak punya pendirian.
- Tak terlalu kenal dengan dirinya sendiri. Dia tak pernah tau apa yang sebenarnya dia inginkan karena sibuk dengan perasaan orang lain.
- Sering minta maaf padahal dia tak salah.
- Merasa layak dicintai saat dia memberikan segalanya untuk orang lain. Ini bisa jadi sangat berbahaya kalau sedang berada dalam toxic relationship.
- Bagaimana tidak, mereka bisa mentolerir sikap kasar pasangan padanya. Rasa takut kehilangan dan ditinggalkan merupakan emosi yang muncul ketika kita terstimulus oleh suatu hal. Bisa jadi akibat rasa tak enak yang muncul dari masa lalu, atau kekecewaan yang kerap dialami.
Efek Negatifnya
- Tak bisa menjadi dirinya sendiri.
- Orientasi selalu ke luar diri.
- Mudah dimanfaatkan karena dia tak punya kendali atas dirinya.
Bayangkan ya, kalau yang seperti ini nggak buru-buru disadari…?
Penyebab Seseorang Jadi People Pleaser
- Yuk, pahami masa lalunya.
Asap selalu diawali dengan api. Seperti halnya jadi seorang people please. Bisa jadi mereka ada di lingkungan yang tak pernah mau mendengarkan ‘suaranya’. - Punya Ayah atau Ibu yang sering marah besar. Padahal hanya karena hal kecil dan sederhana.
- Dibesarkan oleh figure orangtua yang rapuh. Ini membuatnya banyak diam dan menyimpan segala yang tak sesuai dengannya.
- Waktu kecil tak pernah punya ruang untuk mengungkapkan apa pun yang tak sejalan dengan hati nuraninya.
Dari hal tersebut dapat terlihat kalau mereka adalah korban dari keadaan. Maka dari itu, jika tak segera disadari akan terus menjadi figure korban.
Cara Setop Jadi People Pleaser
- Belajar mengatakan tidak dengan ramah. Kita bisa mulai dari sesuatu yang kecil.
- Mengatakan tidak bukan akhir dari segalanya.
- Mengungkapakan pendapatnya sendiri.
- Mengambil sikap atas sesuatu yang kita yakini.
- Sayangi dan hargai pendapat diri sendiri
Menjadi seorang people pleaser bisa jadi merupakan pengalihan atas ketakutan ditinggalkan oleh teman. Memilih untuk mengorbankan kenyaman dan kata hati untuk sekadar membuat senang orang-orang sekitar. Satu hal lama kelamaan akan menggerus diri karena terlalu banyak menekan dan mengalihkan yang membuat kita mengabaikan kesadaran diri.
Padahal jika kita sadari kalau kita tak perlu menyenangi setiap orang, karena itu pun tak mungkin. Akhirnya saya dan teman sepakat kalau si people pleaser itu yang harus segera sadar dan mulai membenahi diri.
Sadar dan berani untuk menjadi dirinya sendiri tanpa perlu terbebani beragam ketakutan ditinggalkan karena bisa jadi itu hanya ada di pikirannya saja.