jurnalmega.com – Emosi, satu kata yang kerap berkonotasi negatif. Emosi juga kerap disandingkan dengan perasaan yang meletup-letup dan di luar kontrol diri. Meski manusiawi, emosi pun tetap perlu kendali.
Apalagi di bulan puasa seperti ini, ada baiknya kita tak memuasakan segala hal yang sifatnya berlebih termasuk emosi.
Nama-Nama Emosi
Bukan hanya manusia lho yang diberi nama, emosi pun punya dan kitalah yang memberi nama atas emosi-emosi itu.
Selain nama, kita juga kerap memisahkan emosi menjadi dua yaitu emosi positif (percaya diri, bahagia, mencintai, penerimaan, peduli, bersyukur, dll) dan emosi negatif (sedih, kecewa, cemburu, iri, bingung, terluka, dll).
Pertemuan ruang zoom yang diadakan oleh Penerbit Charissa Publisher itu merupakan bagian dari buku Tenang di Tengah Gelombang (TDTG) karya Mas Adjie Santosoputro. Webinar yang betul-betul membuka sudut pandang baru tentang emosi yang selama ini bisa disebut salah kaprah.
Baca juga artikel -> 5 Manfaat Meditasi dan Waktu Terbaik untuk Melakukannya
Kenapa Emosi Bisa Muncul?
Emosi muncul setiap kali kita terpapar stimulus. Setelah itu kita mulai sibuk mencari label atas emosi-emosi tersebut. Upaya memberi label itulah awal mula lahirnya dualitas emosi (emosi positif atau negatif).
Ketika marah, reaksi atas emosi kita terbagi dua yaitu eksternal dari lingkungan (nature) dan pola asuh (nurture) dan sisi Internal yaitu rem kognisi (kesadaran).
“Ingat saja bahwa emosi tidak bisa dilatih, emosi tidak bisa diregulasi. Semakin kita meregulasi emosi, maka emosi akan makin kuat melakukan serangan balik,” kata Mas Adjie.
Ketika kita menyadari emosi dengan melatih kesadaran diri kita, maka ini akan membantu agar emosi itu tidak meledak berlebihan.
“Selama ini kita terlalu sibuk melabeli setiap emosi yang hadir daripada menyadarinya. Apakah itu rasa marah, kecewa, gembira, dan sebagainya. Kebiasaan yang justru membuat kita jadi overthinking,” sambung Adjie.
4 Jurus Tangkis Emosi
Mas Adjie Santosoputro dalam pertemuan virtual di ruang zoom bertema ‘Berdamai Dengan Emosi’ semalam menyebut 4 jurus yang kerap kita pakai untuk menanggapi emosi seperti Melampiaskan dengan oversharing, Menekan, Mengalihkan ke bentuk healing atau refreshing, dan yang keempat Reframing.
Dari keempat cara tersebut, mana yang kerap kamu pakai di keseharian…?
Tips Berdamai Dengan Emosi Ala Mas Adjie Santosoputro
Melampiaskan, menekan, mengalihkan, dan reframing membuat kita menjauh dari kesadaran tentang emosi itu. Berikut tips dari Mas Adjie yang akan membuat emosi tak bergerak dan kita jauh lebih menyadarinya:
1. Kurangi mengusir, melawan, dan mempertahankan emosi
Sering kali kita bersikap agresif terhadap emosi. Ketika muncul rasa sedih, kita cenderung ingin segera melawannya, ketika marah ingin mengusirnya. Akibatnya, kita pun jadi sering ‘berkelahi’ dengan pikiran dan perasaan kita sendiri.
“Kurangi mengusir, melawan, mepertahankan. Cukup sadari segala emosi yang hadir,”
2. Tak perlu memberi nama emosi
Inilah awal mula munculnya dualitas pengkategorian menjadi emosi positif dan negatif. Setiap kali terstimulus, kita kerap berspekulasi, “Ini perasaan apa ya? Marah, sedih, kecewa, rindu, atau apa?”
Ketika kita merasakan sesuatu, kita tergesa-gesa memberi nama atas emosi itu. Nama-nama yang kita berikan pada emosi itu sebetulnya berdasar atas referensi masa lalu yang kita alami.
Ketika kita memberi nama atas referensi masa lalu tersebut maka secara tidak langsung kita sedang menguatkan emosi-emosi tersebut dalam pikiran kita.
“Terlalu sibuk menganasil justru membuat kita overthinking dan makin jauh dari inti masalah yang sedang kita alami,” ujar penulis buku TDTG itu.
“Berhentilah mengidentifikasi, menyelidiki, memberi nama atas emosi kita, cukup sadari saja. Seperti apa sensasinya, tentu tidak mudah. Latihan kesadaran paling awal dengan berlatih untuk meyadari napas kita. Ini cara jitu yang turut membantu menguatkan otot kesadaran kita,” sambungnya.
Emosi yang muncul adalah hal yang baru, yang mungkin saja mirip dengan emosi yang pernah kita alami beberapa waktu lalu. Namun, setiap emosi yang kita rasakan adalah hal baru. Kuncinya adalah sikapilah dengan sadar dan emosi itu sebagai sesuatu yang baru.
Insight Seputar Emosi
Dari rangkuman webinar tersebut saya kemudian menyimpulkan beberapa hal tentang emosi:
1. Sadari Setiap Emosi yang Hadir
Sadar akan emosi akan membuat kita tahu di mana posisi perasaan kita saat ini. Dengan menyadarinya, kita pun bisa memilih reaksi apa yang hendak kita keluarkan.
Apalagi saat berpuasa seperti sekarang, kita dapat menghindari meledaknya emosi akibat kurang disadari dan seringnya menekannya.
2. Tak Perlu Sibuk Menamai Emosi
Memberi nama justru akan menguatkan emosi itu di pikiran dan perasaan. Nama-nama yang lahir akibat pengalaman di masa lalu yang terus kita bawa sampai hari ini.
“Padahal, setiap emosi adalah sesuatu yang baru. Bukan dan tidak sama seperti yang pernah kita rasakan meski ada kemiripan dalam ciri-cirinya,” kata Mas Adjie.
3. Sadari Napasmu, Sadari Emosimu
Melatih emosi bisa dilatih dengan menyadari napas.
Pesan Mas Adjie, pentingnya untuk memiliki imunitas batin agar kita kuat saat dan tenang saat berada di antara gelombang. Tenang bukan berarti tanpa masalah, tanpa emosi. Namun saat kita menyadari seperti saat kita menyadari napas masuk dan keluarnya.
4. Emosi Tak untuk Didamaikan
“Tidak perlu berdamai dengan emosi. Langit tidak perlu berdamai dengan awan,” kata Mas Adjie menutup sesi.
Ada juga tulisan versi artikel di Liputan6.com, Belajar Berdamai dengan Emosi dari Prahara Will Smith dan Chris Rock
1 thought on “Berdamai Dengan Emosi Saat Puasa Ala Mas Adjie Santosoputro”