jurnalmega.com – Momen libur Lebaran laiknya dinikmati bersama sanak saudara. Namun, apa jadinya bila kita justru jadi korban modus penipuan online di tengah menikmati hari spesial. Alih-alih mudik tenang dan berbagi THR untuk orangtua juga ponakan, kita justru gigit jari karena saldo tabungan raib dibawa kawanan penipu.
Tentunya kita tak mau merusak momen kebersamaan karena hal-hal yang sebenarnya bisa dihindari. Para fraudster (sebutan untuk para pelaku kejahatan online) begitu lihai mengamati situasi emosi para korbannya. Nah, momen mudik dan Lebaran itulah yang kemudian mereka manfaatkan untuk mengendalikan sampai memanipulasi emosi para korbannya.
Agar tak masuk perangkap para fraudster, ada baiknya untuk tahu apa saja tips agar terhindar dari ragam modus penipuan melalui jejaring internet;
Pentingnya Melatih Mindfulness Diri
Ketergesa-gesaan tak jarang membuat kita tak awas modus penipuan online dan meretas celah bagi fraudster ‘melahap’ kesadaran diri kita. Apalagi mereka kerap datang dengan cara yang makin canggih dengan menilik momen emosional sasarannya. Terlebih di tengah riuh persiapan mudik dan Lebaran, membuat kita tak sempat berpikir dua kali dan terburu-buru mengambil tindakan ataupun keputusan.
Greatmind.id melansir makna Mindfulness yang berarti kesadaran dan perhatian penuh terhadap apa yang terjadi di sini dan saat ini. Seringkali kita berada di sini, tapi pikiran dan perhatian kita ke mana-mana. Adapun cara melatih kesadaran diri yang paling mudah adalah dengan menyadari napas.
Menyadari napas masuk dan keluar jadi poin mendasar. Kemampuan menyadari dan mengandalikan napas juga baik untuk mengatur dan menenangkan ritme jantung terlebih saat menerima informasi yang dirasa mengejutkan. Selain menyadari napas, kita bisa melatih kesadaran diri dengan menyadari setiap gerakan, setiap suara yang didengar di sekitar.
Nah, di sini biasanya letak kelemahan kita saat menerima pesan tertulis atau suara. Kita tak benar-benar mendengar, mengamati suara yang masuk ke telinga, lalu terburu-buru menganalisanya. Mindfulness membantu kita mengolah cara pandang, meningkatkan konsentrasi, dan memperoleh ketenangan yang penting sebelum bertindak. Makin pandai kita melatih kesadaran diri akan membuat para fraudster gigit jari, alias ‘pulang’ tanpa hasil.
Kenali Ragam Modus Penipuan & Langkah Antisipasi Jaga Data Pribadimu
1. Memenangkan Undian, HadiahTHR, dan Voucer Belanja
Siapa yang tidak tergiur mendapati dirinya menang undian atau hadiah THR (Tunjangan Hari Raya) apalagi tepat di momen Lebaran. Tapi, jangan senang dulu, awas modus penipuan online mengintai.
Pelaku umumnya mengaku dari bank tertentu atau dompet digital yang menyebut kalau kita memenangkan sejumlah uang. Setelah itu, mereka akan meminta kita memberikan sejumlah data pribadi (Nomor kartu ATM, KTP, PIN, OTP (one-time password) dengan dalih untuk mempermudah proses pengiriman hadiah.
Dalam hal ini Fraudster melakukan social engineering (manipulasi psikologis) dengan tujuan agar korbannya bisa diiming-imingi untuk mendapat data rahasia mereka. Lalu, apa yang baiknya kita lakukan jika berada dalam situasi seperti itu?
Pertama, ingat kembali apakah kita pernah ikut undian tertentu (karena logikanya tak mungkin memenangkan jika kita tak pernah merasa ikut undian apa pun). Kedua, jangan terburu-buru memberi data pribadi. Seringkali euforia menang hadiah membuat kita tak berpikir lagi sebelum memberi data ke pihak luar. Kemudian yang ketiga segera klarifikasi informasi tersebut ke pihak terkait untuk membuktikan apakah ini benar atau tipuan.
2. Penipuan Berkedok Modus Pinjaman Online
Beragamnya kebutuhan Lebaran mendorong kita mencari berbagai cara untuk bisa memenuhi. Salah satunya melalui pinjaman. Momen semacam inilah yang kemudian dimanfaatkan para fraudster.
Modus penipuan melalui pinjol umumnya diperoleh melalui pesan singkat yang berisi kemudahan seperti minim syarat, cepat cair, dan tak perlu makan waktu menanti persetujuan. Dalam pesan tersebut mereka akan mencantumkan tautan (link) fiktif yang ditujukan untuk pengisian data peminjam. Data yang diminta seperti nomor KTP, rekening, pin, nomor kartu ATM atau kode OTP (one-time password).
Untuk menghindarkan diri dari penipuan jenis ini, kita bisa mencari lembaga resmi yang bisa meminjamkan sejumlah uang tentunya dengan mengikuti prosedur aman. Cara lain bisa dengan mengatur keuangan sebaik dan efektif mungkin sehingga alokasi dana untuk mudik dan Lebaran sudah terpikirkan jauh hari sebelumnya.
3. Modus Dengan Alasan Pembaruan Data
Modus ini salah satunya masuk berupa taukan (link) melalui email atau pesan singkat. Umumnya berisi permintaan pembaruan data pelanggan seperti username, password, nomor kartu kredit atau debit beserta pin dan kode OTP.
Tak hanya sampai di situ, mereka kerap mengancam pelanggan untuk menyegerakan pengisian data dengan dalih akan ada pemblokiran jika tak segera dilakukan. Menghadapi modus phising ini kita perlu hati-hati saksama membaca ulang perihal dari mana pesan tersebut dan kode tautan yang dikirimkan.
Selain itu, reaksi panik dan kaget kerap membuat korban tak mawas diri lalu memberikan sejumlah data pribadinya. Padahal customer care terkhusus Halo BCA tak pernah meminta data-data yang sifatnya rahasia pada nasabahnya.
Untuk itu kita perlu waspada nomor palsu halo BCA. Jagalah data pribadimu (Nomor kartu ATM, PIN, OTP, dll) karena #DatamuRahasiamu.
Kenali Akun-Akun Resmi #CariTahuBiarAman
Dengan mengenali ciri-ciri khusus akun resmi akan membantu kita dalam menganalisa sumber informasi yang kita terima. Pun memudahkan kita bila ingin melakukan pengecekan silang atas berita yang sekiranya perlu untuk diklarifikasi #CariTahuBiarAman
- Customer care resmi Halo BCA di 1500888 tanpa +62, 021, atau apa pun. Baiknya kita menyimpannya di kontak ponsel agar nomor kontak yang masuk terlihat jelas.
- Twitter @HaloBCA dengan centang biru
- Email halobca@bca.co.id
- Whatsapp resmi bank BCA 08111500998 dengan centang hijau. Jika nomornya berbeda tanpa centang hijau bisa dipastikan itu nomor WA palsu.
Laporkan Jangan Biarkan
Tak jarang kejahatan terjadi karena adanya peluang. Terkadang tanpa disengaja kita sendirilah peretas kesempatan itu. Terlalu cepat percaya dan tergiur iming-iming hadiah membuat kita tak sempat untuk berpikir dua kali sebelum bertindak. Namun, jika kita kita sudah berhati-hati dan tetap tertipu maka jangan biarkan apalagi mendiamkan.
Beberapa cara berikut bisa kita lakukan untuk mengurangi keleluasaan dan memberi efek jera bagi para Fraudster.
Laporkan ke pihak berwenang
Saat melakukan pengaduan ke kantor polisi, kita perlu membawa sejumlah bukti penipuan. Kemudian membuat Surat Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT).
Laporkan melalui call center
Waspada nomor palsu Halo BCA. Nomor resminya 1500888, tanpa awalan +62, 021, dan kode area lainnya.
Membuat laporan di Lapor.go.id
Merupakan situs resmi yang dikembangkan oleh Pemerintah Indonesia. Ini sarana masyarakat untuk melakukan pengaduan dan menyampaikan aspirasinya.
Lapor melalui aplikasi contact center bank
HaloBCA merupakan aplikasi resmi yang bisa diunduh melalui Appstore atau Playstore melalui ponsel.
Kesimpulan
“Sebagai nasabah bank BCA, saya salut dengan lapis proteksi yang mereka sediakan. Ini terlihat dari permintaan password berulang saat melakukan transaksi di mesin ATM.”
Menjadi tanggung jawab kita untuk mempersempit ruang gerak para fraudster dengan tetap menjaga mindfulness diri, mencoba menganalisa ulang berita atau informasi yang kita terima #CariTahuBiarAman, dan jaga data pribadimu (Nomor kartu ATM, PIN, OTP, dll) karena #DatamuMilikmu.
Semoga tips ini menjadikan kita, teman, keluarga jadi generasi cerdas Anti Modus dan tidak mudah terperdaya oleh tipu muslihat para fraudster.
Memang belakangan ini banyak sekali penipuan2 berkedok ini itu…,dan tentunya kita sendiri harus cerdas dalam menyikapi hal tersebut agar jangan sampai kita menjadi target investasi2 bodong yang tidak bertanggung jawab,
Pokoe #DatamuMilikmu jangan mudah share juga #CariTahuBiarAman
Kalau saya, salah satu cara biar nggak tertipu secara online, selalu meyakini, kalau dapat duit itu sulit, hahaha.
Jadi, kalau ada yang nawarin kemudahan dapat duit, yang ada saya curiga 😀
Semoga banyak yang lebih mawas diri ya, biar nggak tertipu dengan berbagai modus penipuan online 🙂
nah bener banget mbaaa, kudu zuperr tiatiii
Penipu tuh sebetulnya jeli lihat peluang, ya. Libur Lebaran kan banyak yang sedang bersenang-senang. Berarti kemungkinan besar lagi pada punya uang. Nah, penipu coba mengambil kesempatan itu. Makanya memang bener banget, deh. Kitanya juga jangan sampai lengah.
yup, penipu pinter cari celah. Jadi, kitanya kudu lebih pinter dan hati-hati 🙂
serem ya?
zaman semakin canggih, para penipu pun ikut semakin canggih
mereka melakukan riset agar aksinya berhasil
beruntung BCA terus menerus mengedukasi nasabahnya agar tidak mudah tertipu ya?
Bangettt Ambu, tapi salut sama lapis security digitalnya BCA.
Sekarang emang banyakk banget penipuan, yang paling sering penipuan lewat telfon. Tapi ya untung kita juga pinter ya lihat mana yang nipu mana yang bener. Jadi kudu smart.
Kasian org2 tua yang gaptek atau yg tinggal di pelosok. suka dapat sms undian. Udh diingetin itu penipuan tp ya teteep aja klo dpt sms sllu excited 😀. Sykurlah BCA aware soal begini…
bener mba… mungkin anak-anaknya bisa ngasih tau gimana cara nyikapi kapo dapet telpon atau sms undian. Supaya mereka mawas dan hati-hati ngasih data pribadinya.
Saya pun ada dihubungi lewat wa. Penilaian terhadap dia kalau orang awam pasti tidak akan terkecoh deh. Beneran meyakinkan. Cuma saya iseng aja ss percakapan dan profil nya lalu saya share di FB. Saya bilang ke dia di getcontac nomor dia juga banyak yg save dengan nama yg wow… Hahaha… Langsung kabur dia. Ga muncul lagi. Disitulah kita harus waspada terhadap maraknya penipuan ya
Jauh sebelum pandemi penipuan saja sudah banyak, apalagi sekarang ya orang cari uang susah. Puji Tuhan saya selalu dijaga dan mawas diri dan saya termasuk orang yang agak galak untuk penelpon gelap yang kita tidak kenal. Cara aman langsung blokir biar aman.
Setuju banget ya… Mindfulness memang perlu dilatih , bisa membantu kita mengolah cara pandang, meningkatkan konsentrasi, apalg penipuan online lagi marak2nya.. Aku jaga2 sih kalu gàk dikenal gàk kuangkat klo misalkan ada telp asing
Modus-modus penipuan online ini semakin meresahkan. Apalagi menjelang lebaran. Dimana banyak orang mendapat tambahan pendapatan dari THR. Kayak jadi sasaran empuk gitu. Kudu waspada sih.
Tepat sekali Mbak tentang kesadaran penuh itu memang harus dilatih ya kan, mbak. Tidak hanya saat kita tergesa gesa saja tapi dalam hal sepele pun bisa, contoh saat makan. Anyway thankiss infonya ini ya, mbak. Iya sekarang banyak banget pencuri lihai, hmmmm
Pentingnya untuk waspada jangan cepet-cepet klik link yang dikirimkan dari siapapun lewat SMS maupun Whatsapp, dan paham akun medsos asli dari bank BCA ya. Sehingga bisa lebih membentengi diri juga.
Penipuan online semakin menjamur sekarang ya Mbak. Teman pernah jadi korban penipuan transferan dana ke seseorang yang mengaku dokter dan sedang merawat anaknya sedang kecelakaan. Anaknya ini sedang studi di Jogya. Minta transfer sejumlah uang karena si anak harus dioperasi segera. Karena galau, terdesak dan panik, langsung aja diiyakan. Terkirimlah uang via m-banking ke penipu ini. Tersadar setelah akhirnya tersambung via HP dengan si anak yang nyatanya baik-baik aja (malah habis bangun tidur itu kalo gak salah inget). Tapi sudah terlambat. Menurut saya sih ada unsur hipnotis saat proses pembicaraan via telpon berlangsung.
Wah iya, benar juga mbak
Saat libur lebaran banyak juga modus penipuan online
Makanya kita harus waspada ya
Miris ya tehnologi makin canggih malah dijadiin modus penipuan, warning banget kita juga kudu canggih, jangan gegabah sebelum melakukan transaksi apa pun termasuk ke pihak bank, apalagi sekelas BCA banyak banget yang ngaku-ngaku cs
Pentingnya literasi digital terus digaungkan pada lintas usia ya mbak..terkadang walaupun sdh waspada tetep aja ada yg kena jebakan batmen alias kena penipuan kasihan sebenernya,..tapi emang semakin canggih aja sekarang penipu ..jadinya kita lah yang harus selangkah lebih canggih di depan penipu…
Literasi digital sangat penting loh … kemarin saya juga baru training of trainers tentang literasi digital dari kemenkoinfo, ternyata banyak yang perlu digali lagi tentang literasi digital