Jurnalmega.com, Membuat youtube channel di antara waktu skripsian yang padat? hmmm betul-betul tipe anak muda yang nggak bisa diam tanpa aktivitas ya.
Yup, dia Nadia Nesa, Youtuber Berbahasa Daerah asal Sumatera Barat kali pertama membuat konten youtube di tahun 2016. Berawal dari keinginannya untuk sekadar mengisi waktu luang saat tak bisa pulang kampuang karena sedang menyusun skripsi.
Awalnya, Nadia ingin mengajar bahasa asing secara online justru memantik ide baru yang unik.
“Mengajar bahasa asing lewat online aja bisa, pastinya mengajar bahasa daerah bisa juga dong ya,” pikir Nadia saat itu.
Di situlah mula dari konten youtube dengan berbahasa Minang, daerah asalnya. Nah, pada kepo kan?
***
Pandi lewat Program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (Mimdan) mengadakan IG Live Bincang Mimdan #4 pada 27 Februari lalu, mengangkat tema; Jadi Youtuber Berbahasa Daerah Memang Bisa Sukses?
Masyarakat kita terlanjur melabeli bahasa daerah sebagai sesuatu yang kuno dan ketinggalan zaman. Akibatnya anak-anak muda kerap menggunakan bahasa serapan daripada bahasa ibu atau bahasa daerahnya.
Nah, bincang-bincang ini pas banget karena diadakan berdekatan dengan Hari Bahasa Ibu Internasional yang jatuh di tanggal 21 Februari lalu. Hari Bahasa Ibu Internasional ini ditetapkan oleh UNESCO pada 17 November 1999. Bahasa Ibu merujuk pada bahasa asli atau bahasa daerah.
***
Ragam konten youtube kian bertebaran. Profesi Youtuber pun makin diminati dan menjanjikan. Persoalannya, gimana cara bertahan diantara riuhnya gempuran konten saat ini?
Kak Evi Sri Rezeki selaku moderator mengungkapkan satu hal yang bisa juga dijadikan pegangan bagi para Content Creator,
“Tampilah dengan kekhasan yang kalian miliki, jangan malu atau takut dikatakan kuno. Seperti Nadia Nesa yang tampil dengan bahasa Minang budayanya sejak lahir.”
Tak perlu resah untuk mengangkat konten budaya, karena justru bahasa daerah menawarkan solusi menghadirkan sesuatu yang baru bagi netizen +62.
Youtube Channel Berbahasa Minang ala Nadia Nesa
Nadia Nesa atau yang akrab disapa Uni Nadia, mengawali youtube channelnya 6 tahun lalu yang diberi nama sesuai dengan namanya sendiri Nadia Nesa. Budaya Minang menjadi tema utama yang diusungnya.
Berawal dari niat membuat konten belajar Bahasa Inggris membuatnya berpikir untuk menampilkan sesuatu yang belum pernah ada yaitu belajar bahasa Minang lewat youtube.
Di antara waktu senggang semasa skripsi, ketika Nadia tak bisa pulang kampuang saat itulah dipakainya untuk membuat konten youtube.
Dua belas tahun merantau di Jakarta tak membuat Nadia lupa akan kenangan kampung halamannya. Justru ide segar kerap muncul kala mengingat tempat di mana ayah, ibu, dan saudaranya berdiam.
Mengajarkan bahasa Minang menjadi tema utama yang diusungnya, mulai dari mengajarkan kata per kata, cara praktis mengubah kata bahasa Indonesia ke bahasa Minang.
Ada juga konten perjalanan yang dibuatnya, mulai dari acara buka bersama bersama ayah, ibu, dan saudarinya di RM khas Minang, berburu takjil di Pasar Pabukoan, momen Nadia mudik ka Ranah Minang kala Lebaran, sampai membuat konten paduan bahasa Minang, Jawa, Sunda dan Padang. Konten campur bahasa itu meraih jutaan viewers, lho.
Misi Uni Nadia Dengan Konten Minangnya
“Perempuan Minang yang merantau, tak serta merta lupa akan kampuangnya,” kata Nadia.
Di titik itulah Nadia ingin menyampaikan ke publik bahwa perempuan Minang itu giat bekerja, tak takut merantau, namun tetap ingat pada kampuang tempatnya berasal.
Selain itu, dia juga berpikir kalau bukan kita generasi muda siapa lagi yang akan melestarikan budaya ini? Kita tak mungkin berpangku tangan mengharap dan menantikan orang asing yang justru menggali khasanah negeri kita yang begitu kaya nan beragam.
Tokoh yang Menginspirasi Nadia
Saat ditanya siapa tokoh itu, Nadia menjawab Bayu Skak adalah sosok yang kian memantik adrenalinnya untuk mewujudkan konten budaya Minang yang menggelayut di benak.
“Jawa punya Bayu Skak, lalu gimana kalau aku yang mengangkat budayaku sendiri, Minang,” katanya lagi.
Selain itu, hadirnya film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang menampilkan bahasa dan budaya Minang menambah rasa percaya diri Nadia untuk semangat memperkaya kontennya.
Cara Meramu Konten
Saat ditanya cara atau langkanya membuat konten bahasa, Nadia pun menjabarkan kalau untuk konten belajar bahasa dia mendahului prosesnya dengan membuat outline. Agar yang disampaikan benar dan tepat.
“Jangan sampai mereka yang berlangganan youtube-ku justru belajar hal yang salah dariku. Makanya outline itu membantuku menyusun materi dan cara penyampaian bahasa Minang yang tepat,” kata Nadia.
Sedangkan untuk konten travel, Nadia kerap melakukan riset. Apalagi berkenaan dengan budaya, dia harus menemukan sumber yang valid sebelum membagikannya.
Multitalenta dan Seni Bertahannya Seorang Creator
Teman-teman pasti tak menyangka kalau Uni Nadia membuat konten itu seorang diri lho. Dia multitalenta, mulai dari menggali ide, merumuskan ide, riset, nyusun outline, kameramen, editor, sampai penayangan pun dilakukannya sediri.
Sempat terpikir untuk membentuk tim kreatif, namun belum terealisasi dan menjadi keinginan dan harapannya di kemudian hari agar kontennya lebih terjadwal dan teratur.
Selain tentang konten, seorang content creator harus kuat mental dan siap dengan segala kemungkinan.
“Ingat ya teman-teman, menjadi seorang content creator seperti youtuber akan masuk ke masa ide sulit keluar dan kadang ada saja tanggapan netizen yang kurang mengenakkan,” pesannya.
Tips Sehat Bermedia Sosial ala Nadia yaitu dengan cara mengutamakan ketenangan dalam bermedia sosial. Block atau mute netizen yang dianggap sudah sangat mengganggu menjadi jalan solusi yang dipilinya kala itu. Berani Memilih, itu intinya.
Karena berkreasi butuh kesehatan dan kewarasan. Jadi, lebih baik memilih dari pada pikiran terganggu dan urung berkreasi karena ucapan satu atau dua orang yang kurang baik.
Monetisasi Youtube
“Bagi kalian yang ingin membuat channel youtube sebagai sumber penghasilan, ada baiknya membentuk tim terlebih dahulu. Karena untuk bisa monetisasi youtube kalian harus rutin upload video agar pelanggan setia menonton video kita tak perlh menanti lama,” saran Nadia.
Saat ditanya apakah jadi youtuber bisa dijadikan penghasilan utama? Nadia menyebut bisa, asalkan kuncinya ada pada mempertahankan konsistensi dan kekhasan berkonten.
“Bagi saya, video yang disajikan harus ‘berisi’. Penonton harus mendapatkan sesuatu setelah menonton video kita.”
Cara tersebut dapat membantu menambah jumlah viewers dan subscriber. Keduanya itulah cikal bakal monetisasi youtube channel kita.
Cara Mengenalkan Bahasa Daerah ke Milenial
Milenial saat ini sudah terbiasa dengan konsumsi bahasa asing daripada bahasa daerahnya sendiri. Makanya, melekatkan bahasa daerah dengan hal-hal yang lagi tren seperti buat resensi film, buku, konten perjalanan (travel). Dengan menggunakan bahasa daerah tertentu dapat jadi trik menarik minat awal mereka untuk melirik dan menarik hati.
Pesan Bagi Para Content Creator
“Profesi youtuber sangat diminati saat ini
Berbondong-bondong orang membuat youtube channel sendiri
Kondisi ini tentu melahirkan persaingan ketat yang sulit dihindari
Mereka yang konsisten dan memiliki ciri khas dapat mempertahankan diri
Jangan jadikan viral sebagai kata kunciSehingga tak peduli pada konten tersebut bersifat positif maupun negatif
Bahasa daerah menawarkan solusi, tidak hanya kita bisa menenalkan kekayaan budaya pada dunia tapi juga bisa menggali khasanah diri
Kawan Mimdan mari kita menginspirasi, menjadi youtuber yang tidak hanya sukses tapi punya visi dan misi,” kata Teh Evi memberi konklusi sebagai penutup IG Live Bincang Mimdan #4.