jurnalmega.com – Ulasan ini saya buka dengan ungkapan Armijn Pane dalam satu tulisan tentang perempuan,
“Mengumpamakan Kartini sebagai teratai yang hendak beralih, tetapi tertahan oleh tangkainya.”
Armijn melihat Kartini tidak mampu keluar dari kekangan tradisi. Namun Kartini, dalam pandangan saya, tidak demikian.
Ia tetap mampu melakukan tindakan positif dalam kondisi yang dirasakannya menekan. Kartini tetap seindah teratai, bunga yang merekah di atas air berlumpur, seperti lukisan yang pernah dibuatnya.
Demikian pula dengan perempuan di luar sana yang terus berproses menjadi perempuan yang sejahtera di tengah tekanan budaya.
Tulisan perempuan yang tersaji Lalita : 51 Cerita Perempuan Hebat Indonesia adalah tentang kaum hawa dengan segala pencapaiannya. Namun, tak hanya sebatas mencari sebentuk pengakuan, namun legacy apa yang mereka tinggalkan kelak.
Abigail dan Grace meramu buku Lalita : 51 Cerita Perempuan Hebat Indonesia dengan cara sederhana dalam bentuk cerita pendek diakhiri oleh kutipan yang mencerminkan perjuangan hidup si tokoh tersebut.
Tiap kisah memiliki ilustrasinya sendiri, mereka para illustrator muda Indonesia. Inilah yang unik, karena tiap gambar mewakili karakter perempuan yang ditulis.
Perempuan Indonesia dari berbagai latar belakang dan profesi mulai dari seniman, insinyur, bankir, olahragawan, ilmuwan, penyanyi, akitvis, jurnalis, galerist, pematung, perancang busana, fotografer, pembalap, presenter. politikus, pelawak hingga menteri.
Merekalah perempuan yang tidak hanya hebat, berprestasi, mandiri namun tetap mengingat akan kodratnya sebagai perempuan, istri dan seorang ibu.
Filosofi di balik ilustrasi desain sampulnya yang berwarna pastel elegan dengan deretan perempuan yang berbeda warna kulit, pakaian menunjukkan betapa keberagaaman itu ada bukan untuk saling menjatuhkan tapi untuk saling melengkapi.
Amanda Surya
Seorang Software Engineer di perusahaan mesin pencari Google terkemuka di dunia. Karir cemerlang yang berawal dari kecintaannya pada kecanggihan dunia teknologi dan internet. Amanda berkeinginan kuat untuk jadi bagian kehebatan itu.
Tahun 2007 jadi awal jejak karirnya di Google dengan posisi Developer Relations. Satu pesan ayahnya yang terus menyemangati,
“Kamu bisa jadi nomor satu selama kamu melakukan yang terbaik.”
Kalimat itu yang kemudian membuatnya bertahan meski belajar coding pada masa itu sungguh tak mudah. Di tahun 2017 dia memulai karir di Google Mountain View, dan tentu saja itu tempat kerja impian banyak insan.
Nadya Hutagalung
Nadya kecil tumbuh dikelilingi alam di pedesaan Australia. Sejak dini sang ibu telah mengajarannya untuk menghargai kehidupan.
Seorang editor majalah Elle di Sydney kagum dengan kecantikan Nadya dan menawarinya menjadi model.
Dia tumbuh menjadi model Internasional. Terkenal tak membuatnya melupakan alam, tempatnya berasal, dia pun terpanggil untuk ikut berkontribusi dalam mencegah kepunahan binatang.
Bersama kru Asia’s Next Top Model, Nadya membuat film berjudul Let Elephants Be Elephants. Film yang berhasil menurunkan angka penjualan gading gajah Asia dan Afrika. Sampai hari ini Nadya masih aktif membantu dunia dan hewan-hewan yang harus dilindungi.
Okky Madasari
“Jangan anggap remeh cerita dari ibumu, nenekmu, orang-orang di sekitarmu. Hal ini sebenarnya sangat berharga. Inspirasi bisa dari mana pun termasuk dari orang yang ada di sekitar kita.”
Dialah Okky Madasari, seorang jurnalis yang akhirnya memutuskan untuk menjadi penulis. Menulis menjadi media paling tepat baginya untuk menyampaikan kegelisahan dan perasaannya dengan bebas.
Novel pertamanya Entrok diterima sangat baik dengan tulisan menyentuh, berisi kritik sisi kehidupan yang sempat membuat gelisah hatinya. Dia pun percaya tulisan dapat menggerakkan hati, mengubah keadaan dan membuka pikiran banyak orang.
Penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa diterimanya di usia yang masih terbilang muda. Satu penghargaan sastra Indonesia yang paling dihormati.
Terkhusus karyanya yang berjudul Pasung Jiwa jadi karya terfavorit dan paling berkesan. Tokoh dalam novel Pasung Jiwa merupakan penggambaran nyata bahwa dalam hidup ini kadang kita berada dalam pilihan yang membuat kita jauh dari diri kita sendiri.
Baca juga Pasung Jiwa dan Euforia Kebebasan
Butet Manurung
Kecintaannya pada hutan berawal dari buku bacaan yang membuatnya merasa terpanggil. Keinginan yang membuatnya memutuskan untuk mengambil ke jurusan Antropologi agar bisa berpetualang mengenal suku dan kebudayaan manusia.
Kesempatan meneliti pendidikan anak-anak hutan Jambi membawanya pada sebuah keputusan besar mendirikan Sokola Rimba. Sekolah bagi mereka anak-anak hutan agar tak lagi buta aksara.
“Ibu, kami sudah bisa baca-tulis, kok hutan kami masih habis?” pertanyaan membuat Butet menambahkan pelajaran advokasi, hak dan hukum agar orang rimba bisa melindungi hutan dan tanah mereka.
Butet terpesona akan petualangan dan hutan telah berhasil membuatnya meraih mimpi melalui “Sokola Rimba”. Sebuah hidup penuh petualangan, alam dan bisa berguna bagi banyak orang.
Baca juga Ulasan Film Mencuri Raden Saleh
Isabel dan Melati Wijsen
“Cukup.” Isabel dan Melati terdorong untuk melakukan gerakan perubahan saat disadari kalau lingkungan tempat mereka tumbuh tidak sebersih dulu. Tumpukan sampah plastik menjadi pemandangan nyata.
Mereka memulai gerakannya dengan menemui Gubernur Bali, meskipun ditolak dan diremehkan banyak orang tapi menyerah tak menjadi pilihan.
Isabel dan Melati melakukan gerakan mogok makan selama 24 jam yang akhirnnya menyentuh hati Gubernur Bali dan mau menemui mereka. Pertemuan itu jadi gerbang pembuka munculnya gerakan Bye Bye Plastic Bag di Bali tepatnya di tahun 2019.
Mereka mendapatkan penghargaan “Anak Remaja Paling Berpengaruh” oleh Forbes, Times, dan CNN.
“Kami, anak-anak, mungkin 25% populasi dunia, tetapi kami adalah 100% masa depan.”
Meira Anastasia
Menjadi penulis merupakan impiannya sejak kecil, sebuah cita-cita yang berawal dari kegemaran membaca buku.
Ketidakpercayaan diri sempat menghambat tercapainya harapan tersebut, kondisi itu terlihat oleh sang suami Ernest Prakarsa yang berprofesi sebagai sutradara.
Ernest mengajak Meira mengerjakan proyek film pertama mereka Susah Sinyal sebagai penulis naskah. Film yang memperoleh penghargaan untuk skenario terbaik di Indonesian Box Office Movie Award 2018.
Kepercayaan dirinya perlahan terpupuk, satu hal yang membuatnya berani menulis buku solo pertamanya Imperfect. Bagi saya buku ini terlengkapi dengan kehadiran film yang diberi judul serupa. Film besutan Ernest Prakarsa dan dirinya itu telah banyak menyentil kalbu terutama kaum hanya.
Kami tersadar bahwa kecantikan tak melulu karena fisik, tapi jauh tentang sesuatu di dalam kalbu. Tentang kepercayaan pada kemampuan dan pentingnya mencintai diri.
Baca juga -> belajar melepaskan dan arti persahabatan dari Film Top Gun Maverick
Susi Pudjiastuti
“Tenggelamkan!” seruan tegas Ibu Susi melawan kapal-kapal ikan illegal.
Ibu Susi tumbuh di desa kecil di Jawa Barat yang dikenal dengan nama Pangandaran, desa yang dekat dengan pantai. Sejak kecil ia melihat bagaimana kekayaan laut yng memberikan hidup bagi banyak keluarga.
Sampai saat kapal-kapal ikan illegal itu masuk ke Indonesia dari tahun 2000-an dan menggerus kekayaan alam yang membuat nelayan kehilangan pekerjaannya.
Susi yang gigih membuat namanya terus dikenal sampai saat ketika Pak Jokowi memintanya menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan untuk periode 2014-2019.
Di bawah kepemimpinannya laut Indonesia bebas dari kapal illegal, kehidupan nelayan membaik, penghasilan laut meningkat.
Ketegasan dan kedekatannya dengan masyarakat membuatnya jadi salah satu menteri paling popular dan dicintai.
Insight dari 7 Perempuan Hebat
Selain tujuh cerita itu masih ada puluhan kisah inspiratif dan menyentuh lainnya. Tiap kisah punya arti dan ada yang melatarinya.
Buku ini termasuk salah satu buku motivasi yang patut dibaca generasi muda. Hanya sayangnya penjabaran tiap tokoh saya rasa terlalu singkat, kurang mendalam.
Mungkin karena banyaknya narasumber yang dimasukkan sehingga ruang pun harus disesuaikan. Singkat namun esensi masih dapat diraskaan.
“Akan seperti apa kisahmu kelak, hanya kita dan Maha Empunya yang tahu. Lagi-lagi tugas kita, tugas perempuan hanya melakukan yang terbaik, sembari merapal doa penuh harap sebagai penggenap segala daya upaya.”
Mengutip kata Amanda Surya,
“Terkadang musuh terbesar kita adalah pikiran kita sendiri, karena kita yakin pasti gagal. Jadi, setiap kali saya tertarik akan hal baru yang menantang, saya katakan ke diri sendiri bahwa saya bisa dan saya akan lakukan.”
Judul Buku ; LALITA – 51 Cerita Perempuan Hebat Indonesia
Penulis : Abigail Limuria & Grace Kadiman
Editor : Anita Putri
Penerbit : Lalita Project
Cetakan : I, 2019
Tebal : 107 hlm, art paper
2 thoughts on “Ulasan Buku LALITA – Cerita Perempuan Hebat Indonesia”