dan Selalu Terindah; Kenangan Masa Kecil yang Diam-Diam Membentuk Kita

Masa Kecil: Rumah yang Selalu Ada dalam Ingatan

Ada satu hal yang tak pernah benar-benar kita tinggalkan: masa kecil. Ia melekat dalam ingatan, tersembunyi di sudut-sudut hati, dan sesekali muncul dalam bentuk rindu yang tak terduga. Buku dan Selalu Terindah adalah pintu gerbang menuju lorong-lorong kenangan itu, menghadirkan kembali fragmen-fragmen masa kecil yang mungkin sempat terlupakan.

Buku ini bukan sekadar antologi tentang masa kecil, tetapi juga refleksi mendalam tentang bagaimana pengalaman-pengalaman itu membentuk kita hari ini. Lima belas kontributor dalam antologi ini berbagi kisah mereka—tentang kampung halaman, kenakalan semasa kecil, pengasuh yang penuh kasih, kehidupan yang berpindah-pindah mengikuti dinas orang tua, kebiasaan membaca buku, benda kenangan, hewan peliharaan, momen menang kontes kecantikan, hingga jajanan masa SD yang gurih & manisnya masih ada di ingatan.

Namun, lebih dari sekadar nostalgia, buku ini menyimpan banyak pesan berharga yang patut direnungkan.

Di Balik Dapur Produksi

Setiap karya yang dikeluarkan pasti ada andil tangan-tangan dingin di belakangnya. Sebuah dedikasi untuk literasi yang dengan telatennya mengurusi segala hal.

Seperti halnya buku antologi  dan Selalu Terindah  ini merupakan buku ke-6 yang dirilis oleh Pondok Antologi Penulis Indonesi (PAPI) tepat di hari jadinya yang ke-3 pada 10 Januari 2025. Ini pun sekaligus penanda resminya Annie Nugraha Mediatama sebagai self or independent publisher dengan tagline-nya, “Merangkai Kata Menginspirasi Dunia.”

Nostalgia sebagai Jembatan Emosi

Setiap orang memiliki potongan kecil dalam hidupnya yang entah bagaimana, tetap hidup di dalam benak. Seperti aroma makanan, lagu lama, situasi kampung halaman, persahabatan masa SMA, atau bahkan jajanan masa kecil bisa membangkitkan serangkaian kenangan yang terasa begitu nyata. Buku  dan Selalu Terindah mengingatkan kita bahwa masa kecil bukan hanya tentang apa yang terjadi, tetapi juga tentang bagaimana perasaan itu tetap ada dalam diri kita.

Dari 22 cerita yang terangkum di dalamnya, kita bisa merasakan hangatnya kasih sayang keluarga, keseruan main di desa yang mungkin beberapa tahun ke depan akan menjadi ibukota baru, hingga kepolosan masa kecil yang begitu jujur.

Para penulis dengan apik & runut menghidupkan kembali pengalaman mereka, me-recall memory dengan gaya bercerit khas pribadi masing-masing membuat pembaca seolah turut serta dalam perjalanan waktu.

Buku ini menunjukkan bahwa nostalgia bukan sekadar kenangan, tetapi juga jembatan yang menghubungkan emosi masa lalu dengan perasaan kita saat ini.

Lebih dari Sekadar Kenangan: Refleksi Diri

Membaca buku ini, kita disadarkan bahwa masa kecil bukan hanya tentang memori indah, tetapi juga pelajaran yang membentuk karakter kita saat ini.

Seperti cerita seorang anak perempuan dengan kamera pertama dari Bapaknya. Bagaimana lewat sebuah benda berlensa dia bisa ‘memotret’ tidak hanya kebendaan, tapi juga emosi-emosi dengan sisi humanis.

Rasa sedih dan bersalah karena matinya si burung Kakak Tua yang mengaduk perasaan, cerita tentang kampung halaman nun jauh di Serambi Mekah, melekatnya seorang anak dengan pengasuhnya, juga tentang kejujuran di kantin sekolah.

Hal-hal kecil yang mungkin dulu kita anggap sepele, ternyata adalah fondasi bagi cara kita melihat dunia saat ini.

Selain itu, buku ini juga memunculkan pertanyaan reflektif: Seberapa banyak kenangan tentang masa kecil kita yang masih ada dalam memori kita sekarang? Apakah kita masih ingat saat-saat bermain dulu? atau justru sudah terlalu serius hingga lupa bagaimana menikmati momen-momen kecil dalam hidup?

Masa Kecil yang Berubah, tetapi Esensinya Tetap Sama

Menariknya, ketika kita membandingkan masa kecil generasi sekarang dengan masa kecil di dalam buku ini, ada banyak hal yang berubah. Teknologi telah mengubah cara anak-anak bermain, berinteraksi, bahkan bermimpi.

Jika dulu permainan dilakukan di lapangan luas dengan teman-teman sebaya, kini banyak anak yang lebih akrab dengan layar gawai. Jika dulu jajanan sekolah adalah es lilin, cilok, pempek yang dijual abang-abang, kini beragam makanan instan lebih mudah ditemukan.

Namun, di balik perubahan itu, esensi masa kecil tetap sama: keinginan untuk menjelajah, rasa ingin tahu yang besar, dan pengalaman pertama dalam berbagai aspek kehidupan. Buku dan Selalu Terindah mengingatkan kita bahwa meskipun dunia berubah, masa kecil akan selalu menjadi bagian yang melekat dalam diri seseorang.

Seperti cerita tentang kebun tebu di kampung halaman dan serunya menikmati tebu curian masih jelas diingat meskipun puluhan tahun sudah terlewati.

Menjaga Masa Kecil dalam Diri Kita

Lebih dari sekadar buku yang membangkitkan nostalgia,  dan Selalu Terindah  mengajarkan kita untuk tetap menjaga bagian masa kecil yang berharga dalam diri. Kadang, kita terlalu sibuk menjadi dewasa hingga lupa bahwa dalam diri kita masih ada anak kecil yang ingin bermain, tertawa, dan menikmati hidup dengan cara yang lebih sederhana.

Anak perempuan yang dijuluki si want to know dalam buki ini juga bikin terkekeh. Gimana seorang anak perempuan begitu keponya tentang banyak hal. Membuat mereka yang ada di sebelahnya ikut geretan tapi juga salut dengan curiosity-nya.  

Buku setebal 308 halaman ini juga menjadi pengingat bahwa masa kecil bukan hanya untuk dikenang, tetapi juga untuk diwariskan. Sebagai orang tua, kita bisa menciptakan kenangan indah bagi anak-anak kita, membiarkan mereka mengalami kebebasan bermain, mengeksplorasi dunia dengan imajinasi, dan merasakan kasih sayang yang akan mereka bawa hingga dewasa.

Pada akhirnya, masa kecil adalah rumah yang selalu kita pulang, entah dalam bentuk kenangan, dalam nilai-nilai yang kita pegang, atau dalam cara kita menjalani hidup.

Menghidupkan Kembali Masa Kecil dalam Kehidupan Dewasa

Membaca  dan Selalu Terindah bukan hanya tentang bernostalgia, tetapi juga tentang memahami bahwa masa kecil selalu menjadi bagian dari diri kita. Buku ini mengajak kita untuk kembali terhubung dengan sisi polos dan penuh semangat dalam diri, mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati sering kali terletak pada hal-hal kecil yang kita alami tanpa disadari.

Esensi dari setiap cerita dalam buku ini membawa kita pada refleksi lebih dalam tentang kehidupan. Bagaimana kita menjalani hari ini? Apakah kita masih bisa merasakan kebahagiaan dari hal-hal sederhana? Apakah kita masih memberi ruang bagi diri sendiri untuk bermain, mengeksplorasi, dan bermimpi?

Buku ini, pada akhirnya, bukan hanya mengajak kita untuk mengingat masa kecil, tetapi juga untuk menemukan kembali impian yang dulu kita lihat di dunia. Dan mungkin, dalam setiap halamannya kita akan menemukan bahwa masa kecil kita tidak benar-benar pergi—ia hanya menunggu untuk kembali ditemukan.

7 thoughts on “dan Selalu Terindah; Kenangan Masa Kecil yang Diam-Diam Membentuk Kita”

  1. Jejak cerita masa kecil memang selalu meninggalkan banyak kenangan ya Ga. Dalam bentuk apa pun itu, ada sisi kisah yang layak untuk kembali diingat, bahkan dijadikan tulisan sebagai warisan.

    Terima kasih sudah merangkai diksi yang begitu indah untuk buku “dan Selalu Terindah.” Semoga kedepannya PAPI dan Annie Nugraha Mediatama bisa menghadirkan ratusan hingga ribuan hasil karya literasi yang berkualitas dan layak untuk dibaca oleh berbagai lapisan masyarakat.

    Dinantikan partisipasi Mega di buku-buku PAPI berikutnya.

    Reply
  2. Masih teringat saat teman-teman penulis yang bergabung di PAPI begitu bersemangat untuk melahirkan buku antologi ini. Meski sempat harus merancang kembali design buku dan layouting nya plus mencari berbagai percetakan yang sesuai dengan harapan, akhirnya “dan Selalu Terindah” menemukan muara partnership yang tepat.

    Semoga buku perdana yang diterbitkan oleh Annie Nugraha Mediatama ini bisa menjadi manfaat bagi banyak orang, khususnya bagi dunia literasi tanah air.

    Reply
    • Mba, keren banget sudah mendirikan Annie Nugraha Mediatama dan menelurkan sebuah buku yang dapat menjadi sumber pengingat masa kecil dari berbagai pengalaman cerita unik. Selamat yaa..

      Btw, kisah kecilku juga sangat berpengaruh dari ayah. Hangatnya ayah selalu membuat jiwaku tenang. Inget banget aku pernah membuka tutup rol kamera yang isinya dokumentasi tugas ayah di Merauke, hangus gak bisa dicetak. Aku nangis takut ayah bakalan dimarahin bosnya, pas minta maaf ayah cuma diaaaam, tapi gak pernah keliatan murkanya. Sampai sekarang kalau kuingat ayah gak pernah marah

      Reply
  3. saya ngalamin banget potongan masa kecil yang bikin kita bisa keluar dari depresi saat dewasa

    Waktu itu, di telinga saya terngiang-ngiang lagu Natal, padahal saya udah masuk Islam dan gak ada yang menyetel lagu tersebut
    Psikolog bilang, itulah mekanisme tubuh kita, mencari kenangan indah untuk menyeimbangkan kesehatan mental

    Reply
  4. Ya Allah.. masa kecil memang penuh kenangan.
    Apalagi bagi yang orangtuanya telah tiada.

    Aku sampai sekarang selalu menceritakan masa kecilku kepada anak-anakku.
    Agar mereka bisa memiliki memori yang indah juga karena memberikan kesan terdalam.

    Masa kecil, masa remaja adalah hal terindah yang membentuk kepribadian kita saat ini.
    MashaAllaah..
    Seneng banget ada buku “dan Selalu Terindah” yang penuh dengan hidden treasure.

    Reply
  5. Masa kecil memang gak bisa dilupakan, banyak hal yang terjadi dan impian yang ingin diwujudkan. Tentunya jadi kekuatan ya ketika mengingat itu lagi, tapi pastikan kenangan indah sih, jangan yang sedih

    Reply

Leave a Comment